INBRITA.COM, JAMBI – Pemilihan Umum Raya (Pemira) merupakan ajang demokrasi bagi mahasiswa Universitas Jambi (UNJA). Saat ini, kampus tengah hangat membicarakan persiapan Pemira sebagai proses demokratis untuk melahirkan Presiden Mahasiswa UNJA atau Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNJA.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) UNJA, Irham Nur Fazri, menegaskan pentingnya menjaga integritas Pemira sebagai wadah edukasi demokrasi di lingkungan kampus. “Kampus adalah miniatur dari negara, sehingga Pemira UNJA harus menjadi contoh demokrasi yang sehat. Jangan sampai proses pemilihan ini dicederai oleh kepentingan segelintir golongan,” ujarnya.
Setelah vakum hampir lima tahun, terakhir kali Pemira UNJA digelar pada tahun 2020. Momen ini menjadi harapan besar bagi mahasiswa UNJA untuk kembali menjalankan demokrasi kampus yang sehat. Namun, berbagai dinamika dan polemik muncul, sehingga awal 2025 dibentuk tim fasilitator dari unsur dosen sebagai mediator.
Irham Nur Fazri mengingatkan agar birokrasi kampus tidak terlibat dalam konflik kepentingan yang hanya menguntungkan segelintir pihak. “Kami sangat mengecam jika ada intervensi yang mencederai demokrasi mahasiswa. Saya sudah berkoordinasi dengan teman-teman mahasiswa lainnya untuk membahas hal ini. Pemira UNJA harus inklusif dan melibatkan seluruh mahasiswa, baik dalam proses maupun hasilnya. Tidak boleh ada permainan di belakang layar. Kita semua harus berpikir jernih, baik sebagai mahasiswa maupun tenaga pengajar,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya prinsip LUBER JURDIL (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil) dalam pelaksanaan Pemira. Ia juga mengajak seluruh mahasiswa, termasuk pengurus Himpunan Mahasiswa (Hima), Organisasi Kemahasiswaan (OK), serta Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UNJA, untuk bersama-sama mengawal proses ini agar berjalan transparan dan demokratis.
Sebagai mahasiswa Ilmu Politik, Irham dengan tegas menolak segala keputusan yang tidak demokratis. “Ini bukan hanya masalah representasi yang cacat, tetapi juga pengkhianatan terhadap harapan ribuan mahasiswa yang mendambakan kembalinya demokrasi kampus yang sehat. Selama lima tahun terakhir, demokrasi di Universitas Jambi seperti mati suri. Mahasiswa berhak menggunakan suaranya untuk memilih pemimpin yang benar-benar mereka percaya,” ungkapnya.
Ia pun mempertanyakan peran tim fasilitator Pemira dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dalam proses ini. “Jika mereka hanya diam dan membiarkan demokrasi ini diinjak-injak, jangan salahkan mahasiswa UNJA jika mereka melawan,” tegasnya.
Editor : Eni Syamsir